Prilaku Elite
Pencemar Demokrasi
Oleh : RONI BINTARA
Mahasiswa Ilmu
Politik UNAND
Sejak berakhirnya zaman Orde Baru,
masyarakat sangat berharap dengan sistem demokrasi yang diterapkan pada era
reformasi ini. Bersama sistem demokrasi terlintas harapan masyarakat agar
keputusan-keputusan yang dibuat oleh penguasa lebih mempertimbangkan
kepentingan publik, dan tidak mementingkan kelompok dominan semata.
Demokrasi sangat di agung-agungkan
sebagai sistem yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan setiap warga negara
untuk menyampaikan pendapat, sehingga setiap individu merasa mempunyai
kesamaan, keadilan, keamanan dalam menyampaikan aspirasi mereka untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan demokrasi merupakan bentuk perwujudan
dari kehidupan masyarakat yang menyuarakan kepentingan bersama melalui
partisipasi, representasi, dan akuntabilitas.
Namun, pada
rezim pemerintahan SBY-Boediono saat ini, banyak kritikan-kritikan yang
berujung tindakan anarkis dari masyarakat yang merupakan pelampiasan bentuk
kekecewaan mereka terhadap sistem demokrasi yang diterapkan tidak sesuai dengan
apa yang mereka cita-citakan. Sistem yang seharusnya diharapkan dapat mensejahterakan
rakyat, justru menimbulkan banyak kesengsaraan akibat maraknya penyimpangan
yang dilakukan oleh elite politik, baik itu eksekutif, legeslatif, maupun
yudikatif.
Salah satu wabah yang berkembang cukup
pesat dalam diri para elite saat ini adalah korupsi. Bahkan, para elite politik
Indonesia juga mengukir prestasi yang sangat luar biasa yaitu masuk lima besar
Negara terkorup di dunia. Prestasi yang sangat tidak diharapkan ini tentu saja
telah mencoreng wajah Indonesia di mata dunia sebagai Negara demokrasi. Ini
merupakan suatu kegilaan yang dilakukan oleh elite politik, karena mereka telah
melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan tujuan dari demokrasi.
Prilaku politik yang diterapkan oleh
para elite politik saat ini telah jauh dari konteks politik yang sebenarnya dan
melebar dari cita-cita demokrasi yang di impi-impikan oleh rakyat Indonesia.
Hal ini sangat berdampak buruk terhadap kelangsungan bangsa Indonesia, karena
apabila kebiasaan-kebiasaan elite politik ini terus berlanjut maka bisa
dipastikan tujuan dari sistem demokrasi dan penerapan politik yang sesungguhnya
tidak akan tercapai.
Beberapa ahli
politik berpendapat bahwa suatu Negara bisa
maju dan berkembang pesat apabila elite politik yang memimpinnya memiliki
integritas dan kejujuran dalam menjalankan kekuasaan. Karena jika elite politik
suatu Negara memiliki sifat yang baik, maka dengan sendirinya politik yang
berkembang di Negara tersebut akan baik pula. Tetapi elite politik yang seperti
ini sangat mustahil ditemukan di Indonesia yang merupakan salah satu Negara
korup di dunia. Dan untuk menemukan elite politik seperti ini di Indonesia sama
saja dengan “mencari air di gurun pasir”.
Berkaca dari prilaku elite di atas, maka
dapat dikatakan bahwa pemerintahan SBY-Boediono tidak mampu memberantas KKN
yang telah merajalela pada diri elite politik dalam menjalankan kekuasaan.
Bahkan kebiasaan ini terus berkembang dari waktu ke waktu dan yang sangat
menyakitkan lagi justru virus ini berkembang dalam diri kader-kader partai
pemenang pemilu yang juga sekaligus partai pendukung pemerintahan.
Dengan demikian
bukan sistem demokrasi yang tidak tepat dilaksanakan di Indonesia, akan tetapi prilaku
elite politik yang berkuasalah yang telah mencemari sistem tersebut. Demi
terciptanya sistem demokrasi yang baik, maka masyarakat harus tetap mengontrol
dan mengkoreksi serta mempertanyakan segala bentuk kebijakan atau keputusan
yang diambil oleh penguasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar