BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Pembangunan
politik sering begitu saja disamakan dengan demokrasi, dengan modernisasi, dan
lain-lain. Di era Orde Baru misalnya menggunakan terminologi pembangunan
politik untuk menamai program-program depolitisasi kehidupan warganya. Namun
demikian dari tebaran makna dan ide pembangunan politik, ada beberapa konsep
kunci yang sering muncul. Konsep-konsep inilah yang dipetakan Lucian Pye dalam
tulisannya “The Meaning of Political Development”.
Pembangunan
politik adalah syarat politik berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Ketika para
ahli diminta mengidentifikasi apa persoalan yang dihadapi oleh pertumbuhan
ekonomi, jawaban mereka adalah bahwa kondisi sosial dan politik yang harus bisa
lebih berperan. Kalangan ini meyakini pembangunan politik sebagai kondisi
kepolitikan (state polity) yang harus memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
Cara pandang
seperti ini memiliki persoalan karena lebih mudah memprediksi kemungkinan
sistem politik melindungi pembangunan ekonomi yang sudah dicapai (misalnya dengan
mempertahankan stabilitas) dari pada memfasilitasi (merintis) pertumbuhan
ekonomi itu sendiri.
Pembangunan politik adalah
modernisasi politik. Pandangan ini mirip dengan konsep sebelumnya yakni masih
berkaitan dengan prestasi ekonomi. Prestasi ekonomi terutama dalam hal
industrialisasi-isme dianggap sebagai kondisi puncak yang menyelesaikan semua
masalah, dan harapan yang sama dibebankan pada pembangunan politik. Konsep
seperti ini sudah dikritik oleh penganut relativisme kultural yang
mempertanyakan Barat sebagai ukuran standar dan universal untuk semua sistem
politik di dunia ini. Pertanyaan yang pertama kali perlu dijawab adalah apakah
pembangunan politik ditujukan untuk meningkatkan kapasitas sebuah negara dalam
kepolitikannya seperti parpol, administrasi sipil yang rasional, dan badan
legislatif? Kalau jawabannya adalah iya, maka muncul persoalan etnosentrisme
Barat di sini, karena semua unsur itu memang menjadi karakter Barat. Kalau
jawabannya hanya sebatas tercapainya tujuan-tujuan dari elemen politik
tersebut, maka akan banyak persoalan lokal yang muncul.
http://cetak.bangkapos.com/opini/read/235/Pembangunan+Politik+.html kamis, 23
juni 2011
Pembangunan
Politik sebagai salah satu bentuk dari mobilisasi massa dan partisipasi. Karena
pembangunan politik adalah menyangkut peran warganegara dalam bentuk kesetiaan
barunya terhadap negara. Pemimpin dan pengikut merasa pembangunan politik makin
berkualitas dilihat dari tingkat demonstrasi di seluruh negeri. Pembangunan
politik memang menyangkut partisipasi warganegara. Namun yang harus juga
dipikirkan adalah bahaya adanya emosionalisme warganegara yang diolah oleh
demagog. Karenanya penting menyeimbangkan gelora, sentimen warganegara dengan
tertib politik. Inilah proses demokrasi yang sesungguhnya.
Pembangunan
politik sebagai bentuk stabilitas dan perubahan sosial. Mereka yang berpendapat
bahwa demokrasi tidak konsisten dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, memahami
pembangunan semata-mata soal ketertiban ekonomi dan sosial, karenanya konsep
kapasitas untuk perubahan yang teratur menjadi penting dalam pandangan ini.
Pembangunan
politik adalah mobilisasi dan kekuasaan. Pengakuan bahwa sistem politik harus
bermanfaat bagi masyarakat membawa kita pada pemahaman soal kapabilitas sistem
politik. Kalau ada argumen bahwa demokrasi akan mengurangi efisiensi, berarti
tingkat efisiensi politik bisa diukur. Artinya lagi, sistem politik dapat
dievaluasi dari bagaimana kekuasaan absolute bekerja memobilisasi. Sistem yang
tidak stabil akan beroperasi dengan margin kekuasaan yang rendah, dan para
pengambil keputusan adalah lembaga-Iembaga impotent untuk mampu mencapai
tujuan-tujuan politik.
Konklusi untuk
mengambil satu kerangka filosofis dari tebaran pendekatan ini, akan ada gunanya
melihat secara sekilas berbagai pemaknaan pembangunan politik demi mengisolasi
mana yang paling penting dari kesemuanya. Dari lima itu, ada dua karakter dari
semuanya tentang pembangunan politik; Semangat Persamaan, di semua pengertian
pembangunan politik selalu ada semangat menyertakan warganegara dalam proses
politik. Persamaan adalah prinsip universal, dapat diterapkan di semua proses
impersonal. Persamaan juga berarti terbukanya kesempatan bagi warga negara
dalam proses rekrutmen jabatan-jabatan publik dengan menggunakan standar obyektif,
dan bukan askriptif.
http://cetak.bangkapos.com/opini/read/235/Pembangunan+Politik+.html selasa, 23
juni 2011
Kapasitas
Sistem Politik, kapasitas berkaitan dengan output dalam proses politik.
Kapasitas juga berarti: kondisi yang mempengaruhi performa dan kondisi proses
pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam penerapan kebijakan publik, dan
kapasitas yang berkaitan dengan rasionalitas dalam proses administrasi dan
orientasi kebijakan, baik yang populis maupun yang tidak populis.
Alhasil,
mengalir dari deskripsi singkat di atas, pembangunan politik dapat dirumuskan penulis
sebagai proses linear, yang dimulai dari pendekatan ekonomi sebagai pondasi
awal dari syarat menuju terciptanya stabilitas politik. Jadi, upaya menciptakan
stabilitas dan pencapaian prestasi ekonomi yang signifikan dalam
mensejahterahkan masyarakat adalah dua kata kunci yang menjadi ambisi kajian
pembangunan politik.
Dari
berbagai definisi pembangunan politik diatas saya tertarik untuk lebih
mendalami atau mengupas mengenai pembangunan politik dalam proses reformasi
saat ini, apa isi dari komponen yang berubah tersebut serta efeknya terhadap
komponen lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara konseptual, komponen-komponen
pokok yang ada di dalam pembangunan politik adalah bahwa pemerintah kita harus
selalu mampu menanggapi setiap perubahan yang ada dalam masyarakat, sebab
suprastruktur dan infrastruktur politik yang ada memang efektif dan berfungsi
secara optimal, yang kesemuanya didukung oleh warganegara yang dinamis dan
berada dalam naungan persamaan hukum dan perundang-undangan. Pencapaian hal-hal
tersebut biasanya selalu akan menimbulkan permasalahan yang menyangkut
identitas (jati diri) bangsa, legitimasi kekuasaan, partisipasi anggota
masyarakat, serta menyangkut pemerataan hasil-hasil pembangunan melalui sistem
yang efektif yang menjangkau keseluruh lapisan masyarakat. Setiap kali kita
berhasil mengatasi suatu permasalahan tersebut maka berarti kita “maju” di
dalam melakukan pembangunan politik di dalam mengembangkan sistem demokrasi.
Sejak awal Indonesia berdiri, kehidupan politik dan hukum diwarnai begitu rupa,
tidak dalam pengertian hingar bingarnya demokrasi, tetapi justru secara
mencolok dapat dikatakan oleh sentralisasi kekuasaan pada satu tangan, meskipun
sebenarnya konstitusi telah memberi peluang yang cukup besar kepada hukum.
Secara umum proses perjalanan bangsa
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, periode Orde Lama dan periode Orde Baru.
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan
nasional dan mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang
memberikan peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan
identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi
Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.
Namun sejarah juga menunjukkan rezim Orde Baru yang dianggap memberikan
perbaikan dan menyelamatkan keadaan bangsa saat itu selama masa pemerintahannya
melakukan pemasungan terhadap hak-hak politik warga negara, pembangunan memang
dapat berjalan dengan cukup baik dimana tingkat pertumbuhan ekonomi bahkan
pernah mencapai 7 % (tujuh persen) namun keberhasilan itu hanya bersifat semu
karena semua pembangunan dibiayai dari hutang luar negeri yang berakibat
timbulnya krisis moneter dan tumbuh sehatnya Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
http://www.eko-purwanto.co.cc/2010/09/konfigurasi-politik-pada-era-orde-lama.html selasa, 23 juni 2011
Sejak proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 bangsa Indonesia masuk dalam suatu babak kehidupan baru sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Dalam perjalanan sejarahnya bangsa
Indonesia mengalami berbagai perubahan asas, paham, ideologi dan doktrin
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan melalui berbagai
hambatan dan ancaman yang membahayakan perjuangan bangsa indonesia dalam mempertahankan
serta mengisi kemerdekaan. Wujud berbagai hambatan adalah disintegrasi dan
instabilisasi nasional sejak periode orde lama yang berpuncak pada
pemberontakan PKI 30 September 1945 sampai lahirlah Supersemar sebagai titik
balik lahirnya tonggak pemerintahan era Orde Baru yang merupakan koreksi total
terhadap budaya dan sistem politik Orde Lama dimana masih terlihat kentalnya
mekanisme, fungsi dan struktur politik yang tradisional berlandaskan ideoligi
sosialisme komunisme.
Konfigurasi politik, menurut Dr. Moh. Mahfud MD, SH, mengandung arti sebagai
susunan atau konstelasi kekuatan politik yang secara dikotomis dibagi atas dua
konsep yang bertentangan secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis
dan konfigurasi politik otoriter.
Konfigurasi politik yang ada pada periode orde lama membawa bangsa Indonesia
berada dalam suatu rezim pemerintahan yang otoriter dengan berbagai
produk-produk hukum yang konservatif dan pergeseran struktur pemerintahan yang
lebih sentralistik melalui ketatnya pengawasan pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah. Pada masa ini pula politik kepartaian sangat mendominasi
konfigurasi politik yang terlihat melalui revolusi fisik serta sistem yang
otoriter sebagai esensi feodalisme.
Sedangkan dibawah kepemimpinan rezim
Orde Baru yang mengakhiri tahapan tradisional tersebut pembangunan politik
hukum memasuki era lepas landas lewat proses Rencana Pembangunan Lima Tahun
yang berkesinambungan dengan pengharapan Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan
(maturing society) dan selanjutnya berkembang menuju bangsa yang adil
dan makmur.
Setelah
habis masa orde baru, kemudian masuklah negara Indonesia kedalam era reformasi. Pada masa ini tujuan
utama adalah proses demokratisasi. Sejak
bekerjanya Kabinet Gotong Royong pada 2001, secara umum dapat dikatakan bahwa
proses demokratisasi yang menjadi kebijakan umum reformasi politik telah
berjalan pada jalur dan arah yang benar.
http://www.eko-purwanto.co.cc/2010/09/konfigurasi-politik-pada-era-orde-lama.html selasa, 23 juni 2011
Pada tingkat masyarakat, antusiasme berpolitik
melalui organisasi partai politik cukup tinggi, walaupun masih tetap terlihat
adanya ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan partisipasi masyarakat dalam
proses demokratisasi, berupa masih kuatnya budaya kekerasan dan meluasnya
praktek-praktek politik uang. Pada tingkat negara, ada konsensus yang cukup
tinggi untuk terus membenahi dan memberdayakan lembaga-lembaga penting
demokrasi pada semua tingkat, meskipun tetap menghadapi hambatan berupa masih
longgarnya nilai-nilai kepatuhan pada peraturan perundangan dan lemahnya
tradisi dalam berdemokrasi. Pada sisi lain, begitu tingginya
harapan dan antusiasme terhadap reformasi pada awal-awal proses demokratisasi,
merupakan amanat dan pekerjaan rumah yang besar untuk merealisasikannya menjadi
hasil-hasil yang konkret untuk rakyat. Di sinilah tantangan pemerintah dan
partai-partai politik yang sesungguhnya, yakni menyiapkan wacana berkelanjutan
bagi masyarakat mengenai hakekat demokrasi, berbagai dilema yang menyertai
demokratisasi, serta peluang dan harapan dalam demokrasi yang tidak mungkin
dicapai melalui jalan otoriterianisme.
Masalah-masalah politik dalam
negeri yang menghadang diharapkan menjadi perhatian serius semua pihak. Di
samping persoalan-persoalan aktual yang muncul sebagai akibat proses
pembangunan politik, persoalan-persoalan klasik masih akan tetap menjadi beban
di dalam proses demokratisasi selanjutnya. Permasalahan kelembagaan, baik yang
menyangkut penerapan peran dan fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif
maupun yang berkaitan dengan pelaksanaan desentralisasi kekuasaan dan otonomi
daerah masih menuntut perhatian yang mendalam untuk mengatasinya. Persoalan
separatisme dan ketidakpuasan politik di daerah juga adalah persoalan-persoalan
nyata yang menuntut perhatian secepatnya.
Selain itu, pemerintah yang
memiliki kredibilitas dan visi internasional menjadi faktor yang cukup penting
dalam membina hubungan luar negeri, selain faktor-faktor pembenahan dalam
bidang struktural kelembagaan penyelenggara hubungan luar negeri. Memasuki abad
ke-21, persoalan-persoalan internasional memiliki dinamika dan tingkat
perubahan yang mendasar, di tengah tarik-menarik antara berbagai kekuatan besar
di dunia. Indonesia diharapkan mampu menempatkan diri secara tepat, agar mampu
mengoptimalkan pencapaian kepentingan nasionalnya, termasuk tetap
memperjuangkan asas-asas kemerdekaan dan keadilan dalam pergaulan masyarakat
internasional, serta mengedepankan pendekatan multilateralisme dalam
menyelesaikan permasalahan internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
organisasi-organisasi internasional lainnya khususnya
dalam mencapai pembangunan politik yang merata.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di lihat,
bahwa perkembangan perpolitikan dalam proses pembangunan di Indonesia selalu
terjadi perubahan sesuai keadaan pada saat itu dan tidak terlepas pula dari
pengaruh pemimpin yang menjalankan pemerintahan. Dan dalam proses pembangunan
politik sebagai bagian dari modernisasi selalu ada konflik antara proses
pembangunan dengan syaraat-syarat agar system politik tetap pada keadaannya.
Dan
model perkembangan politik di indonesia dapat dilihat sebagai berikut mobilisasi
politik seperti pada masa orde lama, akan mengarah pada pemerintahan yang
totaliter. Pada prakteknya kekuasaan sepenuhnya ada ditangan presiden dengan
demokrasi terpimpinnya. Sedangkan model lain adalah demokrasi pancasila sebagai
representasi model pembangunan yang bersifat partisipatif. Muncul kemudian
model kontemporer pasca demokrasi pancasila (orde baru) yaitu orde reformasi.
Secara teoritis model keduanya hamper sama, akan tetapi pada masa reformasi
kebebasan politis benar-benar mendapat tekanan dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://cetak.bangkapos.com/opini/read/235/Pembangunan+Politik+.html kamis, 23 juni 2011
http://www.eko-purwanto.co.cc/2010/09/konfigurasi-politik-pada-era-orde-lama.html selasa, 23 juni 2011
http://sosialcorner.com/pembangunan-politik
SILVESTER AMOYE KEIYA
BalasHapus