Akrobat Pembohongan Publik Mewarnai
Sidang Paripurna Kenaikan BBM
Oleh :
RONI BINTARA
Mahasiswa Ilmu Politik UNAND
Beberapa hari menjelang pelaksanaan
sidang paripurna yang akan membahas mengenai kenaikan BBM, banyak terjadi
penolakan-penolakan yang dilakukan oleh masyarakat. Penolakan ini banyak
dilakukan dalam bentuk demontrasi, bahkan tidak sedikit yang berujung anarkis
karena terjadinya bentrok dengan aparat yang mengawasi jalannya demontrasi.
Puncak penolakan ini terjadi ketika
sidang paripurna dilaksanakan, yang mana dalam pelaksanaan sidang paripurna
yang membahas mengenai pengesahan kenaikan BBM mendapat pengawasan yang cukup
ketat dari masyarakat melalui tindakan demontrasi penolakan kenaikan BBM.
Demontrasi ini tidak hanya dilakukan di Jakarta saja, akan tetapi juga
dilakukan diberbagai daerah seperti di Makasar, Medan dan berbagai daerah
lainnya. Selain pengawasan dalam bentuk demontrasi, masyarakat juga dapat
menyaksikan jalannya sidang paripurna melalui televisi yang menyiarkan secara
langsung proses persidangan.
Di sini penulis
berpendapat
bahwa hal ini justru dimanfaatkan oleh wakil-wakil rakyat untuk mengambil hati
masyarakat Indonesia dengan pernyataan-pernyataan mereka yang seolah-olah
menyuarakan apa yang diinginkan oleh rakyat banyak. Bahkan, masyarakat awam
sempat terlena ketika fraksi-fraksi menyampaikan pandangan mereka mengenai
kenaikan BBM. Dari pandangan-pandangan fraksi tersebut, ketika dilihat dari
kaca mata masyarakat awam maka ada angin segar yang disuarakan oleh wakil-wakil
rakyat, karena pernyataan yang dikemukakan telah mengarah kepada penolakan
kenaikan BBM. Akan tetapi pernyataan yang disampaikan itu pada hakekatnya hanya
pembohongan publik semata, yang mana telah menipu dan mengkelabui masyarakat
dengan memanfaatkan keluguan dari masyarakat Indonesia itu sendiri.
Pernyataan-pernyataan yang mengarah
kepada penolakan kenaikan BBM tersebut tidak hanya dikemukakan oleh partai
oposisi saja, tetapi pendapat ini juga
dikemukakan oleh partai koalisi pemerintahan. Hal ini tentunya memberikan
harapan yang sangat besar kepada masyarakat karena wakil-wakil mereka
menyuarakan apa yang diinginkan masyarakat pada umumnya.
Namun, harapan masyarakat sirna ketika
ada dua opsi keputusan yang didapat dari hasil lobi politik mengenai kenaikan
BBM yaitu pertama, pemerintah tidak bisa menaikkan harga BBM dan kedua,
pemerintah bisa menaikkan harga BBM ketika harga minyak naik atau turun sebesar
15 % dalam jangka waktu enam bulan.
Pembohongan yang
penulis maksud
dapat terlihat sewaktu voting pemilihan kedua opsi diatas dilakukan, dimana
dari sekian banyak fraksi-fraksi yang tadinya menyuarakan penolakan kenaikan
harga BBM hanya fraksi Gerindra dan PKS yang konsisten dengan pernyataan mereka
mengenai penolakan terhadap kebijakan pemerintah untuk menaikkan BBM. Sementara
fraksi Golkar, PPP, PAN dan PKB yang pernyataan mereka sebelumnya mengarah
kepada penolakan kenaikan BBM hanyalah sebuah pertunjukan akrobat pembohongan publik yang bertujuan untuk
mengelabui masyarakat semata. Sedangkan fraksi PDI dan fraksi Gerindra lebih
memilih meninggalkan sidang paripurna (walk
out) ketimbang tetap menyuarakan aspirasi masyarakat.
Bukankah peserta sidang itu merupakan
wakil rakyat, yang semestinya lebih mengutamakan suara rakyat? Akan tetapi, apa
yang telah mereka perlihatkan kepada seluruh rakyat Indonesia dalam sidang
paripurna yang membahas kenaikan harga BBM merupakan contoh kecil dari
pertunjukan akrobat pembohongan publik dalam praktek perpolitikan Indonesia
selama ini. Mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok mereka ketimbang
mengutamakan kepentingan rakyat pada umumnya.
Seharusnya mereka malu terhadap apa yang
mereka lakukan atau bisa jadi budaya malu telah hilang dari diri wakil rakyat
kita? Sehingga mereka dengan sangat nyamannya melakukan tindakan-tindakan yang
tidak berdasarkan kepentingan rakyat. Dan yang lebih menyakitkan, mereka dengan
teganya mengelabui dan membohongi rakyat dengan pernyataan-pernyataan yang
sebenarnya hanya untuk kepentingan politik kelompok tertentu.
Meskipun kebijakan kenaikan BBM ditunda,
tetapi alangkah sedihnya masyarakat ketika mereka menyadari bahwa pernyataan
manis itu hanyalah permainan politik semata yang bertujuan untuk mengatasi
gejolak-gejolak penolakan kenaikan BBM yang terus mengawasi jalannya
persidangan. Tentunya hal ini telah menggores luka yang mendalam dihati
masyarakat Indonesia. Masih untung rakyat Indonesia memiliki kesabaran yang
sangat luar biasa dalam menghadapi prilaku-prilaku politik wakil mereka.
Sebelum kesabaran rakyat Indonesia
habis, maka dari itu wakil-wakil rakyat ini harus introspeksi diri untuk tidak
melakukan tindakan seperti yang terjadi dalam sidang paripurna yang membahas
mengenai kebijakan pemerintah menaikkan BBM, karena ini dapat menghilangkan
kepercayaan rakyat kepada mereka. Ketika kepercayaan ini hilang, maka bisa
dipastikan banyak gejolak-gejolak yang terjadi di seluruh pelosok tanah air.